Belajar Cerdas Dari Safanah
Wanita cerdas dan cantik tentu menyenangkan sekaligus impian semua wanita. Namun, Rasulullah menganjurkan agar perempuan memelihara kecantikannya secara batini (inner beauty). Konon, kecantikan batin itu memancarkan cahaya fisik yang sejadi dan sempurna, dan akan terlihat dari sikapnya sehari-hari.
Safanah binti Hatim Ath Tha’i adalah wanita mulia di zaman Rasulullah. Ia terkenal sopan, santun dan fasih tutur katanya. Ia putri sahabat Rasulullah yakni Hatim Ath Tha’i yang juga terkenal karena berhati mulia.
Suatu hati Hatim berkata kepada Safanah, “Wahai putriku, jika dua orang mulai sama-sama memegang harta, maka harta itu akan cepat habis. Karenanya biarkan harta itu saya pegang, atau kamu yang memegangnya.”
Safanah menjawab, “Bagaimana jika harta itu kita bagi secara adil dan kita tidak melampaui batas (dalah membelanjakannya).” Ayahnya segera membagi harta itu dan terbukti tidak cepat habis.
Kefasihan Safanah tidak hanya sampai disitu, sebelum memeluk Islam ketika tentara Rasulullah menawannya bersama beberapa tawanan Tha’i yang lain, dia menghadap Rasulullah meminta dibebaskan untuk mencari saudaranya “Adi bin Hatim” yang meloloskan diri.
Safanah berkata, “Ya Rasulullah, telah meninggal seorang bapak (Hatim bin Ath Tha’i) dan telah kabur seorang utusan.”
“Siapa utusan itu?” Tanya Rasulullah.
“Adi bin Hatim.”
Rasulullah Berkata, “Bukankah dia yang kabur dari Allah dan Rasul-Nya?”
Setelah dialog itu terulang tiga kali, tiba-tiba seseorang dari balik Rasulullah berkata, “Wahai putri kaumku, katakanlah kepadanya apa yang kamu mau!”
Safanah berkata, “Ya Rasulullah, berikan kepadaku apa yang Allah berikan kepadamu.”
Rasulullah pun menjawab, “Saya telah membebaskanmu (untuk menyusul saudaramu), tapi saya belum menemukan orang yang bisa dipercaya untuk mengantarkanmu ke negerimu. Nanti akan tiba saatnya.”
Ketika dibebaskan, Safanah langsung menemui Adi bin Hatim yang berada di Dumatul Jandal. Safanah berkata, “Wahai saudaraku datangilah Rasulullah sebelum di menagkapmu. Sesungguhnya, saya melihat perkataan jujur dan santun akan mengalahkan kaum yang menang, dan saya menyaksikan begitu mulia sifat-sifatnya. Saya lihat Rasulullah mencintai fakir miskin, membebaskan tawanan, menyayangi yang lebih kecil, dan menghormati yang lebih besar. Saya tidak menjumpai orang seramah dan semulia itu. Seandainya dia seorang nabi, mudah-mudahan kamu mendapat keutamaannya dan seandainya dia seorang malaikat, dia masih berada pada kemuliannya.”
Mendengar perkataan itu, Adi menyuruh seraya berkata, “Demi Allah, benarkah apa yang kamu katakan?” Seketika itu juga berangkatlah Adi menemui Rasulullah untuk mengikrarkan keisalamannya, disusul Safanah berhijrah kedalam pelukan Islam.
Tips Belajar Smart dan Nggak Bete
Tentunya Kamu ingin dong jadi orang yang nggak cuma gaul, tapi juga smart klik disini.